Jumat, 30 November 2012

jika itu yang terbaik (short story)

Tiada bisa kulupa..
Saat yang indah, yang terindah..
Yang kita lewati bercinta..
Semua kebiasaan..
Yang kita lalui berdua..
Kini jadi puing kenangan..

Sebab engkau tlah pergi..
Sambil menangis kau katakan..
Kau takkan pernah kembalai..
Dan dapat kupahami..
Satu alasan yang kau beri..
Apa yang mereka ingini..
Sgala yang terbaik untukmu..

Jika itu memang terbaik..
Untuk dirimu..
Walau berat untukku..
Berpisah denganmu..
Hapus sudah air matamu..
Aku mengerti..
Ini bukan maumu..
Ini bukan inginmu..

Sendiri aku..
Dalam gelapku..
Tiada satupun..
Menemaniku..

Sendiri aku..
Dalam gelapku..
Tiada satupun..
Menemaniku..

- Jika Itu Yang Terbaik, UNGU -

___

Lagu itu mengingatkanku pada kejadian beberapa bulan yang lalu.. Yah, bisa dibilang lagi itu sangat tepat untuk perasaanku saat ini..

FlashBack On...

"Ra.. Aku pengen terus kayak gini sama kamu.." Tuturku lembut sambil membelai rambutnya
"Aku juga, Ham.." Balas Fira yang merebahkan kepalanya dibahuku
"Aku ingin detik berhenti saat ini juga.. Membiarkanku menyusupkan perasaan ini dalam hatimu.. Membiarkan diriku terhanyut akan tulus balas cintaku padamu.." Ungkapku sambil meliriknya
Dia tersenyum tulus padaku, membuat jantung ini berdegup begitu kencang
"Aku sayang Ilham.." Ucapnya lirih sambil menyembunyikan wajahnya dibalik telapak tangannya
"Apa? Kamu tadi bilang apa? Aku gak denger.." Aku berpura-pura sambil tersenyum geli
"Apa sih! Udah tau juga!" Ucapnya manja sambil memukul pelan lenganku dengan kedua tangannya. Wajahnya bersemu merah
"Eh, udah-udah! Iya, aku denger!"
Akirnya dia menghentikan pukulannya itu.
"Aku juga sayang Fira.. Sayang banget malah!"
Tanganku lalu merengkuhnya dalam pelukan, "Selamanya, jangan tinggalin aku,ya?" Bisikku pelan tepat di telinganya
"Dia melepas pelukanku dan menatap kedua bola mataku, "Iya.." Dia mengangguk kecil
Aku mendekatkan wajahku kearahnya, lalu mengecup keningnya perlahan, penuh kasih sayang..
Drrt!Drrt!Drrt!
Fira lalu menjauhkan wajahnya dariku, mengambil ponselnya di tas sekolah miliknya
"Haloh! Iya,Ma.. Ada apa?" Tanyanya begitu dia menerima panggilan itu
"Iya" Sahutnya, tiba-tiba saja raut wajahnya menampakkan kecemasan
Aku mengernyitkan dahi, Fira mulai menggigiti jari-jari tangannya. Kebiasaan yang selalu terjadi saat dia merasakan sesuatu yang membuatnya cemas.
"Iya, Fira pulang.." Dia menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Sepertinya percakapan melalui telepon itu telah berakhir.
"Kenapa, Ra?"Dia menggenggam kedua tanganku erat, "Maaf, aku harus pulang. Tiba-tiba aja mama aku bilang ada acara keluarga.."
Aku menatap matanya dalam-dalam, terpancar ke-kesal-an dari situ, "Iya.. Yauda, pulang yuk! Mau dianter?" Tawarku sambil tersenyum
Dia menggeleng cepat, "Nggak.. Nggak usah.. Aku dijemput sopir, kok!"
"Apa gak kelamaan nunggu?"
"Enggak, kok.. Sopirnya udah ada di depan gerbang Lagi nungguin aku.." Jawabnya sambil tersenyum
"Yauda, aku anterin sampe gerbang, yuk!" Seruku sambil menggandeng tangannya meninggalkan bangku taman sekolah.

_

"Aku pulang dulu ya, Ham.. Sampai jumpa besok!" Dia melambaikan tangannya dari dalam mobil. Aku tersenyum dan membalas lambaian tangannya. Mobil pun melaju begitu Fira menutup pintu mobilnya

_

Malam ini terasa begitu indah.. Bintang-bintang bertaburan diangkasa luas ikut meramaikan ke-elok-an malam ini.. Ditambah cahaya redup dari bulan sabit diantara bintang-bintang itu.. Mengingatkanku pada senyum Fira..
Aku sedang duduk-duduk santai diatap rumah sambil menikmati hembusan angin malam, ditemani suara jangkrik yang berderik-derik
"Lo disini, Ham? Gue cariin tau!"
Aku menoleh, ternyata Reza
"Iye, bang! Ngapain loe nyariin gue?" Tanayku heran, tumben dia nyariin aku
"Tadi Fira nelepon.." Jawabnya lalu duduk di samping kiriku
Aku mengerutkan alis, "Fira nelepon? Ngapain?"
Reza mengangkat kedua bahunya, "Gatau.. Telepon balik aja, gih!"
Aku meraba-raba sakuku, mencari HPku..
"HP gue ketinggalan dikamar.. Hehe.." Ujarku sambil cengengesan. "Gue ambil; dulu deh!"
Aku pun segeran turun dari atap rumah dan menuju kamarku
Aku mengambil HPku yang tergeletak diatas tempat tidur. Terdapat 5 missed call dan 5 messages dari Fira. Tanpa pikir panjang aku segera menghubunginya.
"Halo, Ra.. Ada apa?" Tanayaku saat telepon telah tersambung
"Emm.. Maaf, ya.. Aku jadsi ganggu kamu.."
"Enggak kok, Ra.."
"Sebenernya ada yang pengen aku omongin sama kamu.." Suara Fira terdengar sedih
"Mau ngomong apa? Ngomong aja.."
"Maaf, tapi gabisa lewat telepon..Aku pengen kita ketemu.."
AKu menegertnyitkan dahi.. Aku mencium ada yang tidak beres disisni
"Dimana, Ra?"
"Di tempat biasa.. Setelah pulang sekolah.."
Aku mendengar sebuah isakan, "Kamu nangis, Ra?" Tanyaku khawatir. Bener-bener ada yang gak beres, nih!
"Eng.. Enggak, kok.."
"Jangan bohong, Ra!"
"Fira! Cepat turun! Ada tamu tuh!" Terdengar samar-samar suara Mama Fira
""Maaf, Ham.. Ada tamu.. Jangan lupa besok, ya.." Ucapnya lalu mengakhiri telepon
Fira kenapa?! Nggak biasanya dia kayak gitu? Apa yang mau dia omongin sama aku? Berbagai pertanyaan berputar-putar di kepalaku. Aku begitu cemas padanya. Mungkinkah... Ah! Jangan berpikiran negatif Ilham! Psotove Thinking! Semua akan baik-baik saja.. Ya, semoga...

_

Sesuai janji, hari ini sepulang sekolah aku menemui Fira di taman sekolah..
Aku mempercepat langkahku, secepat rasa ingin tahuku tentang apa yang terjadi dengan Fira dan apa yang ingin dia bicarakan denganku.."
Kulihat Fira sudah duduk manis dibangku taman, aku tersenyum lalu menghampirinya
"Hai, Ra!" Sapaku
Fira menengadahkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk.
Aku mengambil tempat disebelah Fira, "Kenapa, Ra?" Tanyaku saat meilhat mata Fira yang agak basah seperti habis menangis
Fira menatapku dengan tatapan sendu dan menggenggam erat kedua tanganku, "Maaf, Ham.. Aku minta maaf.."
Aku mengernyitkan dahi, "Maaf? Maaf buat apa sih, Ra? Terus ngapain kamu ngajak aku kesini? Kamu mau ngomong apa?" Tanyaku bertubi-tubi
Fira tak menjawab, diam seribu bahasa. Hanya tetesan air mata yang terus mengalir membasahi kedua pipinya.
"Kenapa, Ra? Kenapa kamu nangis? Apa yang terjadi? Jangan bikin aku bingung, Ra?" Tanyaku meminta kejelasan
"A.. Aku.. M.. Minta.. P.. Putus, Ham.." Lirihnya ditengah isakan
DEG! P..Putus?! Waw! Gak ada angin gak ada ujan! Kenapa Fira ngajakin putus? Pake acara nangis segala!
"Putus, Ra? Kenapa? Aku punya salah sama kamu? Aku minta maaf, Ra.."
Fira menggeleng cepat, "Enggak.. Kamu gak salah apa-apa, Ham.." Ujar Fira dengan suara serak
"Terus kenapa kamu minta putus? Kamu udah gak cinta lagi sama aku?"
"Bu.. Bukan.." Fira menggeleng lagi, "Aku sayang banget sama kamu, Ham.."
Aku mengernyitkan dahi, makin bingung, "Iyaa.. Terus kenapa?"
Fira terdiam lagi. Satu jurus yang ampuh membuatku terheran-heran dan bertanya-tanya dalam hati. Kali ini, tangisnya mulai mereda. Dia mencoba mengatur napas, mungkin bersiap menjelaskan alasan mengapa dia menginginkan hubungan ini berakhir.
Aku menelan ludah, menunggu detik demi detik, menanti kejelasan dari ini semua.
"Sebenarnya.." Fira mulai buak suara. Tapi dia kembali diam. Air ,atanya menetes lagi
"Ra, kenapa? Sebenernya ada apa?"
Fira mengusap sisa-sisa air mata dipipinya, "Sebenernya.. Mama aku.."
"Mama kamu kenapa?"
"Mama aku.. Mama aku.. Ny.. Nyuruh aku.. Aku.. P.. Pindah ke Aussie, Ham.." Dia menangis terisak
Dengan hati-hati, aku menariknya kedalam pelukanku. Mencoba menenangkannya
"Terus kenapa putus,Ra? Kan kita masih bisa komunikasi lewat telepon atau e-mail?"
Dia melepaskan pelukanku perlahan, lalu menatapku dalam-dalam, "Aku gabisa, Ham.." Lirihnya
"Kenapa gabisa?"
"Karena.." Dia menundukkan kepalanya, "Karena mama udah jodohin aku, Ham.."
DEG! "J.. Jodohin?!" Tanyaku kaget, tak percaya
Dia mengangguk lemah, "Maaf, Ham.. Maafin aku.. Aku..."
"Sssssttt.." Aku menyuruhnya diam. Aku menyentuh kedua bahunya, membuatnya menatapku
Aku menghela napas panjang, "Iya.. Gapapa, Ra.. Aku ngerti, kok.." Aku mencoba menguatkan diriku. "Mungkin pilihan Mama kamu itu yang terbaik untukmu.."
Aku berdiri dan melangkah pelan menjauhinya, membawa kehancuran yang menyesakkan dada
"Ilham!" Panggilnya lantang
Aku menehentikan langkahku. Terdengar derap langkah kaki menghampiriku
"Aku sayang kamu, Ham.." Lirihnya sambil memelukku dari belakang.
Dia menyenderkan kepalanya di punggungku. Aku terdiam, rasanya air mata ini ingin jatuh..
Terasa punggungku basah, aku membalikkan badanku..
"Udah, Ra.. Jangan nangis lagi.." Aku menyeka air mata yang ada dipipinya, "Hapus air mata itu.. Jangan ada lagi kesedihan.. Aku mengerti.. Ini bukan maumu.. Semoga kau bahagia tanpaku.." tuturku lalu tersenyum dan mengecup keningnya untuk yang terakhir kali..
Tanpa kusadari, air mata ini mengalir begitu saja dari ujung mataku, "Aku pulang, Ra.." Pamitku padanya. Fira hanya menundukkan kepalanya
"Aku akan merindukanmu, Safira Eka Wulandari.." Bisikku pelan
Aku membalikkan tubuhku dan melangkah pergi.. Inilah akhir kisah kita, Fira..

_

FlashBack Off...

"Udah, Ham.. Gausa diinget-inget lagi.." Ujar Reza yang entah darimana. Tiba-tiba saja dia ada disampingku
"Iya bang!" Jawabku ogah-ogahan

Aku mencintaimu, Fira.. Tapi inilah takdir kita.. Cintamu kan tetap terjaga dalam hatiku, sampai kapan entah ku tak tau.. Yang jelas, aku akan berusaha bahagia saat kau sudah tak disampingku lagi....

End...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar